Mengetahui Penyebab Anak Obesitas Dan Cara Mengatasinya
Mengetahui Penyebab Anak Obesitas Dan Cara Mengatasinya
Disadari atau tidak, risiko obesitas pada anak menjadi
semakin tinggi dengan meningkatnya akses pada makanan cepat saji maupun makanan
bernutrisi buruk (junk food). Tidak hanya faktor makanan, masih ada faktor lain
yang bisa membuat anak menderita obesitas serta berisiko menyebabkan gangguan
kesehatan. Orang tua, ketahui fakta dan penyebab obesitas pada anak di sini.
Obesitas pada anak-anak terjadi ketika berat badan
mereka jauh melebihi berat normal berdasarkan tinggi badan. Kondisi ini
berbahaya karena membuat mereka berisiko tinggi mengidap penyakit kronis dan
mengalami stres.
Orang tua patut mengingat bahwa obesitas berbeda
dengan sekadar kelebihan berat badan. Penentuan diagnosis anak obesitas perlu
dilakukan dengan sangat hati-hati. Dokter akan mengukur berat dan tinggi badan
anak, serta mengalkulasi Indeks Massa Tubuh/IMT (Body Mass Index/BMI) anak.
Hasil ini akan dibandingkan dengan nilai standar/normal.
Faktor Pemicu Obesitas
Banyak faktor yang dapat menyebabkan obesitas.
Beberapa di antaranya saling berkaitan, yaitu:
- Gaya
hidup. Pola makan tidak sehat dengan kalori yang berlebihan dan tidak diiringi
dengan aktif bergerak. Mengonsumsi makanan yang kaya kandungan lemak jenuh dan
gula (seperti eskrim, coklat, permen), kelompok makanan cepat atau siap saji
(fast food), serta minuman ringan diduga menjadi penyebab utama obesitas. Pola
makan yang disertai dengan kebiasaan duduk terlalu lama di depan TV atau di
depan layar komputer ini menjadi penyebab utama obesitas di antara generasi
muda.
- Faktor
genetis. Meski tidak mutlak, anak dengan anggota keluarga atau orang tua yang
mengidap obesitas lebih berisiko mengidap obesitas. Selain bersifat keturunan,
juga bisa diakibatkan oleh pola makan dan gaya hidup anak yang serupa dengan
orangtuanya.
- Faktor
psikologis. Obesitas kadang-kadang dialami oleh anak atau remaja yang
menjadikan makanan sebagai pelarian dari rasa frustrasinya atau stres
psikologis terhadap pelajaran di sekolah, kebosanan, masalah, dan bentuk
emosional lainnya.
Selain faktor-faktor di atas, praktik pemberian makan
bayi dan anak yang tidak diperhatikan atau masih tradisional, dengan pilihan
makanan yang mengandung sedikit nutrisi baik, juga menjadi faktor kontributor
lain.
Komplikasi Akibat Obesitas
Tidak hanya pada kesehatan, obesitas dapat berdampak
pada hidup anak secara keseluruhan.
Dampak secara fisik
Berikut ini adalah kondisi-kondisi kesehatan yang
dapat dipicu oleh obesitas:
- Tekanan
darah tinggi dan kolesterol tinggi. Keduanya berisiko menimbulkan plak yang
menyebabkan penyempitan pembuluh arteri pada anak, sehingga dapat memicu stroke
dan serangan jantung di kemudian hari.
- Diabetes
tipe 2. Gaya hidup yang kurang aktif bergerak, ditambah dengan kondisi
obesitas, dapat memicu risiko diabetes tipe 2 yang memengaruhi metabolisme
glukosa dalam tubuh Si Kecil.
- Penyakit
pernapasan. Bobot tubuh anak yang berlebihan bisa mengakibatkan saluran pernapasan
anak menyempit, membengkak, dan membuatnya kesulitan bernapas sehingga berisiko
menderita penyakit pernapasan seperti asma.
- Gangguan
pola tidur. Akibat obesitas, pernapasan anak bisa menjadi tidak normal,
misalnya mendengkur saat sedang tidur. Kualitas istirahat atau tidur anak
tersebut dapat menurun akibat gangguan pada pernapasannya. Hal ini dapat
menyebabkan prestasi belajar di sekolah menurun karena anak sulit konsentrasi
di kelas dan sering mengantuk di siang hari.
- Penyakit
perlemakan hati non-alkoholik (Non-Alcoholic Fatty Liver Disease/NAFLD).
Obesitas dapat menyebabkan penumpukan lemak yang membahayakan organ hati.
- Gangguan
pada tulang yang menyangga kelebihan berat pada tubuh.
Dampak secara sosial dan emosional
- Gangguan
pada perilaku. Anak yang menderita obesitas cenderung lebih sulit untuk
bersosialisasi dan lebih mudah khawatir mengenai pendapat orang lain terhadap
berat badannya.
- Tidak
percaya diri. Tubuh dengan berat berlebihan kerap membuat seseorang menjadi
tidak percaya diri dalam pergaulan
- Depresi.
Rasa tidak nyaman dan percaya diri membuat anak rentan mengalami depresi.
Bagaimana Mendiagnosis Obesitas?
Langkah paling awal jika Anda khawatir bahwa anak Anda
mengidap obesitas adalah dengan memeriksakannya ke dokter agar dia mendapatkan
diagnosis dan penanganan yang tepat.
Sebelum mengantar Si Kecil ke dokter, persiapkanlah
hal-hal berikut ini:
- Tulis
keluhan, perilaku, aktivitas, dan kebiasaan Si Kecil yang dapat menyebabkan
obesitas.
- Catat
kelompok makanan apa saja yang dikonsumsi anak dalam sepekan atau makanan yang
sering ia konsumsi. Bawa juga catatan obat-obatan atau vitamin yang biasa
dikonsumsinya.
- Kemungkinan
dokter juga akan menanyakan aktivitas dan pola makan keluarga sehari-hari,
serta riwayat anggota keluarga yang mengidap obesitas.
Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT adalah pengukuran yang umum digunakan untuk
menentukan apakah berat badan seseorang dapat diklasifikasikan sebagai di bawah
berat normal, berberat badan normal, kelebihan berat badan, atau obesitas. IMT
diukur dengan rumus berat (dalam kilogram) dibagi tinggi badan kuadrat (dalam
meter2).
Contohnya seorang anak laki-laki berusia 8 tahun
dengan berat badan 50 kilogram, dan tinggi badan 1,2 meter, maka IMT-nya
adalah:
50 kg/(1,20 m)2 = 50/1.44 ? 34,7 kg/m2
Pengukuran berdasarkan IMT anak Anda akan dibandingkan berdasarkan IMT anak-anak lain dengan jenis kelamin, usia dan tinggi badan yang sama.
Selain mengukur IMT anak, dokter akan memeriksa pola
makan, tingkat aktivitas anak, riwayat obesitas dalam keluarga, dan masalah
kesehatan anak yang lain.
Pemeriksaan kadar gula darah, kolesterol, keseimbangan
hormon, kadar vitamin D, dan pemeriksaan terkait kondisi obesitas lain juga
bisa dilakukan. Perhatikan bahwa umumnya tes darah ini mengharuskan anak untuk
berpuasa selama 8-12 jam sebelumnya.
Mendampingi Anak dengan Obesitas
Kunci menangani anak dengan obesitas bertumpu kepada
dua hal. Pertama adalah memastikan bahwa anak telah menerapkan pola makan sehat
dan mengajaknya beraktivitas fisik lebih teratur, sehingga berat badannya
turun. Namun pengurangan berat badan harus dilakukan dalam jangka panjang
secara bertahap dan disarankan ditanyakan terlebih dahulu kepada dokter anak.
Orang tua wajib mengetahui bahwa dalam proses ini, bobot tubuh anak sebaiknya
hanya berkurang 0,5-0,9 kilogram dalam satu bulan untuk kasus obesitas yang
tidak parah, dan satu minggu untuk kasus parah, dengan panduan sebagai berikut
ini:
Bicara dari hati ke hati
Berat badan adalah topik yang sensitif dibicarakan,
terutama pada anak yang beranjak remaja. Namun tidak membicarakannya sama
sekali justru akan menempatkan si anak pada kondisi yang membahayakan. Tidak
hanya bagi kesehatan, tapi juga secara psikologis. Berikut ini adalah beberapa
hal yang sebaiknya menjadi perhatian orang tua:
- Pastikan
anak tahu bahwa proses mengatur pola hidup demi penurunan berat badan akan
menjadi proses yang dia akan jalani bersama Anda. Hal ini demi kebaikan dan
tujuan jangka panjang yang lebih sehat.
- Ajak
anak untuk terbuka juga tentang masalah-masalah yang tidak menyangkut makanan,
tapi berpotensi untuk menjadi penyebab obesitas.
- Selalu
berikan pujian dan tunjukkan dukungan tiap melihat usaha dan
keberhasilan-keberhasilan kecil yang dicapai oleh anak.
Pola makan sehat
- Sebagai
orang tua, Anda berperan penting dalam menentukan apa saja dan bagaimana anak
mengonsumsi makanannya. Upayakan untuk mengganti sebanyak mungkin makanan
kemasan dengan buah-buah dan sayuran segar.
- Batasi
frekuensi makan di luar, terutama di restoran siap saji yang banyak menawarkan
makanan tinggi gula dan kolesterol.
- Dengan
memasak makanan sendiri, Anda lebih bisa mengontrol kandungan kolesterol dan
kalori dalam makanan yang dikonsumsi anak. Prioritaskan masakan dengan cara
mengukus atau merebus dibandingkan dengan menggoreng.
- Hindari
memberi makanan sebagai hadiah, atau membatasi makanan hukuman.
- Jadikan
momen makan bersama keluarga sebagai aktivitas yang terfokus dan menyenangkan.
Makan sambil menonton TV dapat membuat anak kehilangan kontrol atas apa dan
bagaimana mereka mengonsumsi makanan.
- Lebih
baik mengubah pola makan sehat dalam jangka panjang daripada seketika membatasi
semua makanan berkalori tinggi. Perubahan pola makan yang dipaksakan secara
drastis cenderung tidak bertahan lama.
- Bagi
orang tua, jadilah panutan bagi Anak untuk hidup sehat agar ia dapat mengikuti
perilaku dan gaya hidup sehat dari Anda.
Mengajak anak beraktivitas
- Aktivitas
fisik tidak harus selalu berupa olahraga berat. Akan lebih mudah untuk
menyarankan aktivitas fisik yang disenanginya, seperti bermain lompat tali,
bersepeda atau hobi dan olahraga lain yang ia senangi.
- Batasi
waktu anak untuk menonton TV atau duduk bermain game di smartphone, tablet,
atau komputer, menjadi tidak lebih dari satu jam setiap hari untuk anak usia
pra-sekolah.
- Untuk
anak yang lebih dewasa, ingatkan dia untuk mengambil jeda di sela-sela waktu di
mana ia harus duduk belajar atau mengerjakan tugas di depan komputer dengan
berolahraga sejenak. Ia bisa bermain basket atau sepak bola sebelum kembali
melanjutkan belajar.
Mencegah Obesitas pada Anak
Obesitas pada anak dapat dicegah. Berikut ini adalah
hal-hal yang dapat dilakukan orang tua untuk membuat tubuh anak tetap sehat dan
terhindar dari obesitas:
- Jadikan
gaya hidup sehat sebagai kebiasaan di dalam keluarga. Jadwalkan berenang
bersama tiap dua pekan sekali, piknik di taman, dan memasak makanan sehat
bersama-sama.
- Berikan
contoh dengan mempraktikkan gaya hidup sehat secara pribadi, misalnya dengan
tidak merokok, memilih makanan sehat, dan berolahraga teratur.
- Periksakan
diri secara berkala ke dokter untuk menjalani penghitungan IMT guna mendeteksi
risiko obesitas, terutama jika anak Anda terlihat mengalami kelebihan berat
badan.
- Pastikan
anak Anda memiliki waktu tidur yang cukup dan berkualitas. Kurang
tidurmerupakan faktor utama penyebab obesitas dan masalah kesehatan lainnya.
Menempatkan TV di luar kamar tidur dapat membuat anak tidur lebih nyaman dan
cepat. Berikut ini durasi tidur yang disarankan untuk tiap usia:
12-18 tahun: 8,5 jam per hari.
5-12 tahun: 10 hingga 11 jam per hari.
3-5 tahun: 11 hingga 13 jam per hari.
1-3 tahun: 12 hingga 14 jam per hari.
- Ingatkan
anak bahwa Anda mencintainya tanpa syarat, bagaimanapun bentuk tubuh atau
apapun yang dikatakan orang lain tentangnya. Ini akan membuat anak merasa
diterima dan mendorongnya untuk terbuka tentang semua masalah yang dihadapinya
dan berpotensi memicu obesitas.
Mengatasi obesitas pada Anak sangat bergantung dari
peran dan pola asuh orang tua dalam hidupnya. Untuk menumbuhkan motivasi dan
mendorong anak untuk hidup sehat, harus dimulai dari perilaku hidup sehat orang
tua. Anak yang gemuk memang tampak lucu dan menggemaskan, namun dapat menjadi
berbahaya jika kondisi ini menyebabkan penyakit di kemudian hari karena
obesitas tidak ditangani sedini mungkin.
Obesitas anak adalah kondisi medis serius yang bisa
memengaruhi masa kecil dan juga tumbuh kembangnya. Kondisi ini juga bisa
mendorong anak mengalami gangguan kesehatan ke depannya. Pastikan untuk
berkonsultasi pada dokter jika anak Anda memerlukan perhatian khusus terkait
berat badan.
Sumber: www.alodokter.com